Oleh : Rissa S Mulyana
Mari bermain pengandaian
Bukankah sajak adalah sederas-derasnya derai rasa?
Dengar satu-dua mulutku patah-patah mengeja :
Sayang,
Bila esok pagi tak kau dapati birunya semesta
Tak kau dengar riuhnya camar
Tak kau hirup dan rasai sedapnya isi periuk
Tak kau jamah lembutnya sutera
Masihkah sudi cintamu kupagut?
Masihkah engkau pelipur kemelut?
Masihkah namamu kukecup lembut?
Rindu menguap usai hujan petang tadi
Selasar hati masih ringkih abaikan pilu
Lidah tak sampai bertemu lelah
Temaram menyaksikanku menguntai doa
Sayangku,
Napas ini disesaki pelangi rasa
Ada kau di sana
Bila saja bisa, mau kubuatkan sepasang sayap
Biar kita melesat menembus batas
Biar kau dan aku dicatat prasasti
Abadi dalam kisah-kisah sejati
Namun labirin gersang menghisap telapak kakiku
Berpaculah dengan waktu!
Barangkali,
bila tak kau dapati batang hidungku pada suatu pagi,
cinta ini hanya mengenal engkau.
Margonda, 08 Nov 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar