Selasa, 26 April 2016

Tugas Kelompok : DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER

1.      Definisi DID
Berikut definisi DID dari dalam Ringrose, 2012 :
Dissociative Identity Disorder (or Multiple Personality Disorder) os characterized by presence of two or more distinct identities or personality states that recurrently take control of the individual’s behaviour, accompanied by an inability to recall important pesonal information that is too extensive to be explained by ordinary forgetfulness. It is disorder charahterized by identity fragmentation rather than proliferation or separate personalities (American Psychiatric Association, 2000, p.519)
DID merupakan suatu kelainan mental dimana orang tersebut memiliki dua atau lebih kepribadian (alter) yang saling tidak mengetahui satu sama lainnya. Mereka sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, tetapi penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Kepribadian tersebut dapat muncul dari cerita, self-image, dan nama yang berbeda meskipun hanya sebagian yang berbeda dan setiap kepribadian tidak terikat satu sama lain. Alter identities terkadang memiliki perilaku yang sangat mencolok satu sama lainnya seperti jenis kelamin, usia, gaya penulisan, orientasi seksual, persepsi, berbicara serta pengetahuan umum. Misalnya, suatu alter mungkin lebih ceria, lembut, santai, serta tidak menunjukan pribadi yang serius, sedangkan alter yang lainnya merupakan pribadi yang kaku, kasar, dan sangat serius.
Meskipun penyebab dari DID ini belum jelas, namun para psikolog sependapat jika yang menyebabkan terjadinya DID secara umum adalah trauma di masa kecil. Gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. DID umumnya disertai dengan sakit kepala, penyalahgunaan zat, fobia, halusinasi, upaya bunuh diri, disfungsi seksual, perilaku melukai diri sendiri, dan juga simptom-simptom disosiatif lain seperti amnesia dan depersonalisasi (Scrappo dkk., 1998)
2.      Faktor penyebab DID
·      Trauma tragis dalam hidupnya terutama di masa kanak-kanak (umumnya di usia 4 - 6 tahun) sehingga membuat pribadi yang sangat haus akan kasih sayang dan perhatian.
·      Rasa kesepian yang sangat mendalam akan mendorong seseorang membuat pribadi yang akan menemaninya setiap saat.
·      Lingkungan tempat ia dibesarkan membingungkan dan membuatnya stress yang cukup ekstrim dan tekanan batin berkepanjangan.
·      Depresi terus menerus tanpa sebab hingga akhirnya menciptakan karakter lain untuk bisa lari dari diri sendiri menjadi 'orang lain' yang lebih kuat dan tegar atau malah mendorongnya untuk bunuh diri.
·      Keadaan keluarga . Misal , sifat ayah dan ibu yang 180 derajat bertolak belakang antara keduanya dan sifat-sifat itu menurun pada si anak.
·      Hasil imajinasi yang semakin menjadi-jadi dan akhirnya out of control dari kepribadian utamanya sendiri.
3.      Gejala-gejala DID
·      Mengalami distorsi waktu, ingatan yang hilang. Orang dengan gangguan DID bisa tiba-tiba menemukan benda-benda yang tidak diketahui dan kemudian tiba-tiba berada di suatu tempat tanpa ingat peristiwa apa pun yang membuat mereka berada di tempat tersebut.
·      Menunjukkan sejumlah masalah perilaku dan emosional yang tidak menentu, kadang sangat baik atau kadang pula tidak baik.
·      Menunjukkan gejala yang hampir sama dengan penderita PTSD yakni hypervigilance, flashbacks pada trauma yang mereka hadapi, mimpi buruk, dan respon berlebih atas keterkejutan.
·      Emosi tidak stabil.
·      Mendengar suara-suara di dalam kepala (delusi)
·      Adanya beberapa jenis kepribadian dengan kualitas yang berbeda, yakni :
o    The host : kepribadian inti yang merupakan kepribadian normal dari individu tersebut dan berlawanan dengan kepribadian alter. Terdapat 3 jenis alter yakni :
§  Child alter :  alter dengan usia dan sifat kekanak-kanakan.
§  Prescutor personality : alter yang menimbulkan rasa sakit pada kepribadian lain dengan terlibat dalam perilaku merusak seperti memotong diri, membakar, hingga bunuh diri.
§  Protector atau helper personality : alter yang berfungsi memberikan nasihat kepada kepribadian lain atau untuk melakukan fungsi kepribadian inti (the host) yang tidak dapat dilakukan, seperti terlibat dalam hubungan seksual atau bersembunyi dari orang tua yang kejam.
·      Terjadi peristiwa switching dimana terjadi pergantian kepribadian baik dari the host menjadi alter atau sebaliknya. Hal ini terjadi bila penderita mengingat kembali trauma menyakitkan yang dialaminya di masa lalu atau bisa juga terjadi bila alter ingin berkomunikasi dengan terapis (Ringrose, 2012).
4.      Pengobatan DID
Penderita DID sangat mudah dihipnotis, dan diyakini bahwa mudahnya mereka dihipnotis dimanfaatkan oleh mereka (tanpa disadari) untuk mengatasi stres dengan menciptakan kondisi dissosiatif yang mirip dengan trance untuk mencegah munculnya ingatan yang menakutkan tentang berbagai kejadian traumatis (Butler dkk., 1996). Karena alasan ini, hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID, (Putnam, 1993).
Hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID (Putnam, 1993). Pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan dialami penderita. Terapi juga membantu dengan aman menghilangkan proses kenangan yang menyakitkan, mengembangkan coping, dan keterampilan baru, mengembalikan fungsi umum tubuh, dan meningkatkan hubungan sosial.
·         Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian
·         Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa dia adalah bagian diri satu orang dan kepribadian-kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri.
·         Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk kenyamanan, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom yang tidak memiliki tanggungjawab secara keseluruhan atas berbagai tindakan orang yang bersangkutan secara keseluruhan.
·         Seluruh kepribadian harus diperlakukan dengan adil dan empati
·         Terapis harus mendorong empati dan kerja sama di antara berbagai kepribadian.
·         Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.
Tujuan setiap pendekatan terhadap DID haruslah untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak diperlukan lagi untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang memicu dissosiasi awal atas trauma di masa kini atau yang akan dihadapi di masa mendatang. Selain itu, dengan asumsi bahwa DID dan gangguan dissosiatif lain dalam beberapa hal nerupakan respons pelarian dari stress yang sangat berat, penanganan dapat ditingkatkan dengan mengajarkan pada penderita untuk menghadapi berbagai tantangan masa kini dengan lebih baik.
Berbagai bentuk terapi yang dikemukakan oleh para psikiater di antaranya adalah :
·         Terapi obat bisa meringankan beberapa gejala-gejala co-existing khusus, seperti gelisah atau depresi, tetapi tidak mempengaruhi gangguan itu sendiri.
·         Psikoterapi. Terapi ini memang agak sulit dan sangat menyakitkan secara emosional. Karena orang tersebut mengalami emosional yang tinggi saat ingatan traumanya teringat kembali selama terapi. Biasanya diperlukan dua sampai satu minggu sesi psikoterapi yang dilakukan dan ini butuh waktu tiga sampai enam tahun.
·         Terapi psikoanalisis. Terapi ini lebih banyak dipilih. Karena tujuannya untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari dan dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar. Terapi ini menggunakan cara hipnotis.
·         Terapi restrukturisasi kognitif. Menurut Nijenhuis bahwa prosedur ini bertujuan untuk membalikkan keadaan dan terapi ini efektif untuk mengubah perpindahan identitas penderita secara bertahap. Namun terapi ini hanya dapat dilakukan setelah menemukan kepribadian yang dimilki si penderita. Sebab, penderitanya tidak pernah menyadari kalau ia memiliki banyak kepribadian yang mungkin muncul. Kelima DID terintegrasi. Terapi ini menggunakan pendekatan kompreherensif dengan 9 tahapan, yaitu:
o   Tahap Psikoterapi
o   Intervensi Preliminary (mendiagnosis kepribadian)
o   Pengumpulan informasi detail mengenai latar belakang masalah penderita
o   Menganalis trauma yang dialami klien
o   Analisis resolusi
o   Integrasi resolusi
o   Mempelajari alternatif kemampuan menghadapi masalah
o   Tindak lanjut terapi
o   Follow-up
DAFTAR PUSTAKA
Ringrose, Jo. L. (2012). Understanding and treating dissociative identity disorder (or multiple personality disorder). London : Karnac Books.


LINK VIDEO
Meet the Mother with 20 Personalities - The Oprah Winfrey Show : https://www.youtube.com/watch?v=n2atzoaA2NI
“Inside” Dissociative Identity Disorder : https://www.youtube.com/watch?v=0tITzDjPf4g

Selasa, 12 April 2016

ABRAHAM MASLOW


1.      Perkembangan Kesehatan Mental
Maslow berpendapat bahwa manusia dari sejak lahir telah memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, kebutuhan-kebutuhan tersebut akan saling tumpang tindih sepanjang perjalanan kehidupan manusia untuk terus dipenuhi hingga manusia selalu terdorong dalam setiap perilakunya untuk mencapai kepuasan dari setiap kebutuhan. Semakin dewasa seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia untuk mencapai tahap aktualisasi diri yang merupakan puncak dari kebutuhan dasar.
2.      Kepribadian Sehat
Maslow memiliki pandangan bahwa orang yang memiliki kepribadian sehat adalah orang yang di dalam dirinya terdapat dorongan-dorongan yang menuntutnya untuk memenuhi dorongan tersebut. Berbagai dorongan (motif) tersebut merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya dan bersifat hierarkis dimana kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah harus terpenuhi dahulu sebelum memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebuh tinggi.

Hierarki motif tersebut disebut Hierarki Kebutuhan – Maslow, tertera pada gambar di samping. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang paling tinggi, orang yang sehat secara psikologis, menurut Maslow, akan berjuang untuk mencapai aktualisasi diri bila kebutuhan-kebutuhan yang dibawahnya telah terpuaskan. Maslow menjabarkan beberapa sifat yang terdapat pada orang-orang yang telah mengaktualisasikan diri, yakni :
a.       Mengamati realitas secara efisien
b.      Penerimaan umum atas kodrat, orang lain, dan diri sendiri
c.       Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
d.      Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka
e.       Kebutuhan akan privasi dan independensi
f.       Berfungsi secara otonom
g.      Apresiasi yang senantiasa segar
h.      Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”
i.        Minat sosial
j.        Hubungan interpersonal
k.      Struktur watak demokratis
l.        Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk
m.    Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
n.      Kreativitas
o.      Resistensi terhadap inkulturasi
3.      Konsep Kepribadian
Maslow mengemukakan teori kepribadian yang disebutnya sebagai teori Holistik-Dinamis yang mana dalam teori tersebut dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :
·         Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan yang menyeluruh pada motivasi, yakni melihat keseluruhan dari motif seseorang, bukan hanya melihat satu aspek saja.
·         Kedua, motivasi merupakan sesuatu yang kompleks yang terdiri dari beberapa hal, berarti perilaku manusia dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah.
·         Ketiga, manusia berulang kali termotivasi oleh berbagai kebutuhan, ketika satu kebutuhan terpenuhi maka kebutuhan tersebut akan berkurang kekuatannya dan digantikan oleh tuntutan kebutuhan lain.
·         Keempat, seluruh manusia di berbagai kultur di dunia dimotivasi oleh berbagai kebutuhan dasar yang sama.
·         Terakhir, kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut, maka disusunlah hierarki kebutuhan Maslow. Terdapat 5 kebutuhan dasar yang menyusun hierarki tersebut dan kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong/memotivasi sehingga disebut kebutuhan konatif.
a.       Kebutuhan Fisiologis (physiological needs)
b.      Kebutuhan akan Keamanan (safety needs)
c.       Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan (love and belongingness needs)
d.      Kebutuhan akan Penghargan (esteem needs)
e.       Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (self-actualization)
Kebutuhan dasar tersebut bersifat universal, artinya setiap manusia memiliki kebutuhan tersebut di berbagai kultur mana pun. Adapun sifatnya yang hierarkis menjadikan kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling dasar yang pertama kali menuntut untuk dipenuhi, hingga aktualisasi diri adalah kebutuhan paling tinggi dari manusia, namun tidak semua manusia dapat mencapai taraf aktualisasi diri karena kebutuhan-kebutuhan di bawahnya boleh jadi belum terpuaskan. Selain kebutuhan konatif, terdapat pula kebutuhan berikut :
·         Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika tidak bersifat universal, namun banyak orang di berbagai kultur yang menyukai keindahan, bila kebutuhan akan keindahan ini tidak terpenuhi maka mereka bisa saja merasa sakit baik fisik maupun psikologis.
·         Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan kognitif mendukung terpenuhinya 5 kebutuhan konatif, kebutuhan kognitif meliputi keinginan untuk mengetahui, memecahkan misteri, memahami, dan sebagainya. Seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya harus mengetahui bagaimana cara memenuhi kebutuhan tersebut dengan benar.
·         Kebutuhan Neurotik
Kebutuhan neurotik merupakan merupakan tahap tidak produktif dimana seseorang memupuk gaya hidup yang tidak sehat dan tidak ada keinginan untuk mengaktualisasi diri
Kriteria untuk Aktualisasi Diri
Terdapat beberapa kriteria bagi seseorang untuk mengaktualisasikan diri :
-          Bebas dari psikopatologi
-          Telah terpenuhi hierarki kebutuhan dasar (kebutuhan-kebutuhan di bawah level aktualisasi diri)
-          Menjunjung nilai-nilai B*
-          Menggunakan seluruh bakat, kemampuan, dan potensi
*Maslow menyatakan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri termotivasi oleh prinsip hidup yang abadi yang ia sebut sebagai “B-values” atau nilai-nilai B atau nilai-nilai ‘Being’ (kehidupan).
Nilai-nilai B merupakan level tertinggi dari kebutuhan (metamotivasi), hal ini membedaka orang-orang yang perkembangan psikologisnya berhenti setelah mencapai esteem needs dengan orang-orang yang mengaktualisasikan diri, berikut beberapa nilai-nilai B yang dikemukakan Maslow : kejujuran, keindahan, kebaikan, keutuhan, perasaan hidup, keunikan, kesempurnaan, kelengkapan, keadilan, kesederhanaan, totalitas, membutuhkan sedikit usaha, humor, dll. Maslow berpendapat bahwa ketika metamotivasi tidak terpenuhi maka akan menyebabkan metapatologi yakni kurangnya filosofi hidup yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, dan Feist. (2010). Teori kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba Empat.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan : model-model kepribadian sehat. Yogyakarta : Kanisius.
Sumber gambar :

Minggu, 10 April 2016

CARL ROGERS

1.      Perkembangan Kesehatan Mental
Rogers dengan teori kepribadian Person-centered-nya menjelaskan bagaimana perkembangan yang seharusnya dialamai seseorang agar memiliki kepribadian yang sehat dalam artian kondisi mentalnya berarti sehat pula. Berikut uraiannya :
Masa yang paling penting dalam membentuk kondisi psikologis yang baik dari seseorang adalah masa kanak-kanak, yang menjadi syarat utama bagi terbentuknya kepribadian sehat adalah adanya unconditional positive regards pada masa tersebut dimana anak menerima cinta dan kasih sayang tanpa syarat dari orang tua. Orang tua memberikan cinta yang tulus dan penghargaan tanpa syarat untuk anak sehingga anak benar-benar merasa berharga, anak tidak dituntut untuk menjadi sempurna dengan tidak melakukan kesalahan sedikit pun melainkan anak diberi nasihat yang membangun bila melakukan kesalahan.
Bila seorang anak tumbuh dengan perasaan unconditional positive regards, maka ia tidak akan bertingkah laku defensif. Tingkah laku defensif adalah berbagai perilaku yang anak lakukan untuk menghindari kesalahan yang akan mengundang celaan atau cemooh dari orang tua. Bila anak tidak bertingkah laku defensif, maka tidak akan terbentuk pula ketidakharmonisan (incongruence) dalam dirinya. Anak dengan masa kecil seperti ini tidak akan memiliki pengalaman yang mengancam, sehingga ia akan bebas untuk menjadi orang yang mengaktualisasikan diri dan mengembangkan seluruh potensi dalam diri. Bila ia dapat mengaktualisasikan diri, maka ia akan menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.
2.      Kepribadian Sehat
Rogers berpendapat bahwa orang yang sehat secara psikologis adalah ia yang dalam dirinya terdapat suatu dorongan/motivasi berupa aktualisasi. Aktualisasi tersebut mendorong seseorang untuk terus berproses dalam kemajuan sehingga diri kita akan terus berkembang dan meningkat secara kualitas. Aktualisasi tersebut pada awal kehidupan seseorang berupa aktualisasi dari segi fisiologis dimana kita berkembang dan belajar untuk mematangkan fungsi-fungsi fisik, misalnya : belajar berjalan. Setelah aktualisasi fisiologis, maka akan beralih menjadi aktualisasi psikologis dimana proses ini berlangsung sepanjang kehidupan hingga seseorang bisa menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Jadi, pada intinya, seseorang dikatakan memiliki kepribadian yang sehat, menurut Rogers, bila dalam diri orang tersebut terdapat dorongan untuk terus maju, melejitkan potensi yang ada dalam diri, meraih tujuan-tujuan hidup hingga menjadi manusia yang benar-benar fungsional.
Adapun terdapat beberapa ciri khas dari orang yang berfungsi sepenuhnya, yakni :
a.      Keterbukaan pada pengalaman : seseorang bersifat fleksibel terhadap pengalaman yang didapat dari kehidupan, ia memberi kesempatan pada pengalaman hingga terlahir persepsi dan ungkapan baru.
b.      Kehidupan eksistensial : orang yang benar-benar sadar atau hidup dalam kehidupannya, ia tidak memanipulasi pengalaman.
c.       Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri : berperilaku sesuai apa yang dirasa benar, tidak mengutamakan faktor rasional dan intelektual.
d.      Perasaan bebas : memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak.
e.       Kreativitas : bertindak dengan bebas dan menyusun tindakan, ide, dan rencana yang bersifat konstruktif.
3.      Konsep Kepribadian
Rogers mengembangkan teori kepribadian yang disebut dengan person-centered atau teori yang berpusat pada pribadi, dalam dunia terapeutik, teori ini juga dikenal dengan metode client-centered theraphy. Berikut adakah beberapa konsep umum dalam teori kepribadiannya :
a.      The Self and Self-actualization (Diri dan Aktualisasi Diri)
Self atau diri adalah perasaan “aku” atau “diriku” (“I” or “me”) yang ada pada tiap individu. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran, dimana seseorang dalam mengaktualisasikan dirinya ingin menjadikan dirinya berfungsi semaksimal mungkin.
Rogers membagi dua sub-sistem :
-          Self-concept
Konsep diri adalah seluruh aspek yang disadari oleh individu mengenai dirinya.
-          Self-ideal
Diri ideal adalah pandangan seseorang atas diri yang diharapkannya, ia menggambarkan bagaimana seharusnya dirinya tersebut menjadi. Seseorang yang sehat secara psikologis adalah yang hanya terdapat sedikit perbedaan antara self-concept dengan self-ideal-nya.
b.      Kesadaran
Rogers mendefinisikan kesadaran sebagai representasi simbolik dari sebagian pengalaman kita. Ia juga membagi tingkat kesadaran menjadi :
1.    Beberapa kejadian dialami di bawah batas kesadaran dan biasanya akan diabaikan atau disangkal
2.    Beberapa pengalaman akan disimbolisasikan secara akurat dan dimasukkan ke dalam self-concept.
3.    Beberapa pengalaman diterima namun telah mengalami distorsi.
c.       Menjadi Seorang Manusia
Proses yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manusia yang sebenarnya adalah seseorang harus membuat “kontak” dengan orang lain. Ketika kita menjalin kontak positif dengan orang lain (berupa kebutuhan untuk dicintai, disukai, diterima) lalu orang lain menghargai kita, maka kita akan mendapatkan penghargaan positif. Penghargaan positif akan meunculkan penghargaan diri yang positif, dalam artian apabila orang lain telah menghargai kita secara positif maka kita akan mengembangkan rasa menghargai diri sendiri.
d.      Hambatan Kesehatan Psikologis
Beberapa hal yang menjadi hambatan seseorang untuk menjadi sehat secara psikologis, terdapat sebagian orang yang mengalami hal-hal berikut hingga menghambat perkembangan kesehatan psikologisnya :
-          Penghargaan bersyarat : seseorang beranggapan bahwa mereka hanya akan dicintai bila memenuhi persyaratan atau harapan dari orang-orang di sekitarnya.
-          Inkongruensi : ketidakseimbangan antara konsep diri dengan pengalaman.
-          Sikap defensif : bertindak secara hati-hati untuk melindungi struktur konsep diri yang telah terbentuk, bertindak untuk menghindari kesalahan agar penghargaan bersyarat terpenuhi.
-          Disorganisasi : tidak adanya konsistensi dalam berperilaku karena adanya inkongruensi dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, dan Feist. (2010). Teori kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba Empat.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan : model-model kepribadian sehat. Yogyakarta : Kanisius.