Selasa, 29 November 2016

Kepemimpinan Tranformasional & Kepemimpinan Transaksional


Pernahkah kalian mendengar kedua istilah di atas? Ya, istilah di atas pasti sudah sering kita dengar bila membahas mengenai pola-pola kepemimpinan. Berikut penjelasan ringkas mengenai kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional beserta contoh kasus yang ada di Indonesia :

Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah pola atau gaya kepemimpinan yang visioner dan inspirasional karena mampu mengubah tim dan organisasi dengan membentuk, mengkomunikasikan, dan memberikan visi yang menginspirasi para anggotanya. Kepemimpinan transformasional dikembangkan melalui asumsi dasar bahwa pekerja atau bawahannya adalah manusia yang bersumber daya yang mampu belajar sehingga mengarahkan kapabilitas terbaiknya dalam kinerja.
Contoh terbaik dari kepemimpinan tranformasional adalah gaya kepemimpinan yang ada pada diri Rasulullah Muhammad SAW, dimana beliau dapat membangun dan merubah sistem yang ada di Mekah – Madinah pada saat itu dari sistem masyarakat yang rusak menjadi sistem yang manusiawi dan membentuk pribadi pemimpin yang tangguh pada diri para sahabat yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib, dan Usman bin Affan.
Contoh lain yang ada di Indonesia adalah :
Analisis kasus :
Walikota Bandung, Ridwan Kamil, dalam masa kepemimpinannya banyak dikagumi dan disukai oleh masyarakatnya bahkan dari masyarakat luar Bandung. Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa beberapa mahasiswa yang berasal dari Malaysia datang menemui Ridwan Kamil karena ketertarikan mereka terhadap gaya kepemimpinan Ridwan Kamil. Hal ini memperlihatkan bagaimana Ridwan Kamil mampu membangun Kota Bandung dari berbagai segi, salah satu yang menonjol adalah segi pembangunan yang berkembang pesat. Selain itu, karakter Ridwan Kamil yang friendly dan sering berinteraksi dengan masyarakat melalui sosial media menjadi daya tarik tersendiri bagi keberhasilan kepemimpinan Ridwan Kamil selama menjadi walikota.

Kepemimpinan Transaksional
Pola kepemimpinan transaksional memiliki ciri-ciri yakni menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang bagus, mengakui pencapaian yang diperoleh, mengamati dan mencari penyimpangan standar, dan merupakan kepemimpinan laissez-faire dimana dia melepaskan tanggung jawab dan menghindari pengambilan keputusan.

Contoh kasus :

Analisis kasus :
Dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para penderita gangguan jiwa, Bupati Purwakarta mengadakan sayembara bagi masyarakat untuk menyerahkan para ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) kepada Pemerintah Kabupaten untuk kemudian diberi reward senilai 2 juta rupiah, hal ini merupakan salah satu ciri khas gaya kepemimpinan transaksional dimana diberlakukan imbalan atas kinerja yang sesuai dengan target.

Sumber :
Adam, N., & Taqra, M. (2015). Transformasi, reformasi & revolusi dalam kepemimpinan para nabi. X : Krakatau Dragon.
Hartanto, F. M. (2009). Paradigma baru manajemen Indonesia : menciptakan nilai dengan bertumpu pada kebajikan dan potensi insani. Bandung : PT Mizan Pustaka.
Judge, T.A., & Robbins, S. P. (2008). Perilaku organisasi edisi 12. Jakarta : Salemba Empat.



KEPEMIMPINAN


Definisi
Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan? Hal apa saja yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata “kepemimpinan? Berikut adalah definisi yang saya ambil dari beberapa ahli mengenai kepemimpinan :
Ruky (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungan antarmanusia untuk memengaruhi orang lain dan diarahkan melalui proses komunikasi dengan tujuan agar orang lain tersebut (mungkin seorang atau sekelompok orang) mau melakukan sesuatu dalam usaha untuk mencapai apa yang diinginkan oleh orang yang memengaruhi atau oleh mereka semua.
Adapun menurut Maxwell (dalam Soekarso, 2015) kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang memengaruhi kehidupan orang lain. Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Tead (dalam Soekarso, 2015) bahwa kepemimpinan adalah aktivitas memengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Sementara menurut Hersey dan Blanchard (dalam Soekarso, 2015) kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Dari beberapa definisi menurut para ahli tersebut, dapat saya simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha untuk memengaruhi individu maupun kelompok melalui proses komunikasi agar individu maupun kelompok tersebut mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan dalam situasi tertentu.

 Jenis-jenis Kepemimpinan
Berikut adalah jenis-jenis kepemimpinan berdasarkan kemampuannya dalam memimpin :
a.         Pemimpin ideologis
Memiliki ciri-ciri kaya dengan visi yang tinggi, mmpu merumuskan gagasan serta visi secara tepat, dapat memengaruhi dan menggerakkan mereka yang dipimpinnya.
b.        Pemimpin organisatoris
Pandai menggerakan orang, dapat menyusun rencana kerja yang jitu, dapat mengatur kerjasama yang efisien.
c.         Pemimpin kharismatis
Mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadi, kehadirannya selalu menimbulkan pesona, selalu ada yang menarik dari dirinya sehingga orang selalu mendengan dan mentaati nasihatnya.
d.        Pemimpin eksemplaris
Mempunyai cara hidup yang menjadi sumber pengaruh dan penggerak yang tidak dapat diragukan, mampu menciptakan irama dan gaya hidup yang mengesankan.

Komponen Kepemimpinan
Menurut Soekarso (2015), terdapat tiga komponen atau aspek yang penting dalam konsep kepemimpinan, yaitu :
a.   Pengaruh : kepemimpinan terjadi karena adanya proses memengaruhi suatu pihak. Pemimpin memengaruhi bawahannya untuk mengikuti ke arah yang diinginkan.
b.    Legitimasi : merupakan adanya pengakuan, pengukuhan, dan keabsahan kedudukan seseorang sebagai pemimpin. Hal ini merupakan posisi formal dari kekuasaan dalam organisasi sehingga bawahan akan dengan sukarela mengikuti arahan dari pemimpin yang mempunyai legitimasi.
c.    Tujuan : seorang pemimpin akan berurusan dengan berbagai tujuan yakni tujuan individu, tujuan kelompok, dan tujuan organisasi.

Sumber
Ruky, A. S. (2002). Sukses sebagai manajer professional tanpa gelar mm atau mba. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Soekarso, & Putong, I. (2015). Kepemimpinan : kajian teoritis dan praktis. Jakarta : Buku&Artikel Karya Iskandar Putong.
Mangunhardjana. (1976). Kepemimpinan. Yogyakarta : Kanisius.

Kamis, 13 Oktober 2016

DEFINISI DAN DIMENSI KOMUNIKASI


1.      Definisi Komunikasi
Dalam mendefinisikan apa itu komunikasi, beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai hal tersebut :
Keyton berpendapat bahwa komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses transmisi informasi dan pemahaman umum dari seseorang ke orang lain. Sedangkan dalam sumber lain dikatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pikiran, pesan, atau informasi yang bervariasi bentuknya baik secara tradisional (misalnya radio atau televisi) maupun media modern seperti internet.
Adapun menurut Carl I Hovland, komunikasi adalah proses di mana seorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Lain hal-nya dengan Lynn dan Turner yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses sosial di mana individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat saya simpulkan definisi komunikasi adalah proses pertukaran pesan dari satu pihak ke pihak lain secara langsung maupun tidak langsung, menggunakan media baik cetak maupun elektronik, serta menggunakan simbol verbal maupun non verbal untuk menginterpretasikan makna lingkungan sekitar.
2.      Dimensi Komunikasi
Adapun dimensi komunikasi adalah sebagai berikut :
  • Isi
    • Dimensi isi mengandung apa yang menjadi isi dari pesan yang disampaikan. Sebuah pesan atau informasi yang disampaikan dalam komunikasi pasti mempunyai isi atau inti informasi yang nantinya akan diinterpretasikan oleh penerima pesan.
  • Kebisingan
    • Dimensi kebisingan adalah gangguan atau halangan yang menghalangi berjalannya proses komunikasi berupa suara atau bunyi yang tidak dikehendaki sehingga pesan yang terkandung dalam proses komunikasi tidak dapat tersampaikan dengan baik.
  • Jaringan
    • Dimensi jaringan merupakan hubungan sosial yang kompleks di balik hubungan struktural yang formal dalam sebuah kelompok. Hubungan sosial tersebut dapat berupa hubungan antarindividu maupun antarkelompok. Dalam jaringan ini mereka saling berkomunikasi satu sama lain dalam mengkoordinasikan berbagai hal untuk mencapai tujuan organisasi.
  • Arah
    • Komunikasi dapat mengalir dalam dua arah yakni vertikal dan lateral.
    • Dimensi vertikal terbagi lagi menjadi dua arah yakni :
      • Ke Bawah : komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan dalam kelompok ke tingkatan yang ada di bawahnya. Komunikasi dengan arah ke bawah misalnya dalam komunikasi antara atasan dan para pegawai.
      • Ke Atas : komunikasi yang mengalir dari tingkatan bawah dalam satu kelompok ke tingkatan di atasnya. Komunikasi ini misalnya adalah penyampaian aspirasi masyarakat kepada kepala daerah, atau penyampaian pencapaian kerja dari pegawai kepada atasan.
    • Dimensi lateral adalah komunikasi dengan arah horizontal yakni komunikasi antar golongan atau tingkatan yang sama. Misalnya komunikasi antar divisi dalam sebuah organisasi, komunikasi antar manajer pada tingkatan yang sama, dsb.
3.      Peran Psikologi Manajemen dalam Organisasi
Dalam postingan sebelumnya telah dibahas mengenai apa itu organisasi dan kaitannya dengan SDM dan kepemimpinan. Maka dapat kita ketahui bahwa sebuah organisasi merupakan struktur yang kompleks dimana di dalamnya membutuhkan sebuah sistem pengaturan agar organisasi berjalan sesuai tujuan objektifnya.
Maka dapat saya simpulkan bahwa Psikologi Manajemen memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi. Mengapa? Karena Psikologi Manajemen memberi kita dasar teoritis untuk membentuk pola pengelolaan/manajerial yang baik. Dalam Psikologi Manajemen kita akan mempelajari apa dan bagaimana cara mengelola sebuah organisasi untuk mencapai tujuan bersama namun dengan memperhatikan aspek-aspek psikologis dari sumber daya yang ada di dalam organisasi tersebut.

Sumber Referensi :
Wiryanto. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta : PT Grassindo.

West, Richard., dan Turner, Lynn. (2008). Pengantar teori komunikasi : analisis dan aplikasi edisi 3. Diterjemakan oleh : Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta : Salemba Humanika.

Suprapto, Tommy M.S. (2009). Pengantar teori & manajemen komunikasi. Jakarta : Media Pressindo.

Robbins, SP., Judge. (2008). Perilaku organisasi 2. Ed 12. Jakarta : Salemba Empat.




Minggu, 02 Oktober 2016

SDM, Organisasi, dan Kepemimpinan

Apa yang muncul di benak kita ketika mendengar 3 kata yang tertera di judul artikel ini? Barangkali banyak jawaban yang muncul di antaranya : perusahaan, manajemen, kantor, karyawan, kerja sama, team work, dan lain sebagainya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan SDM, organisasi, dan kepemimpinan? Berikut uraian teori dari ketiga hal tersebut :
Uraian Teoritis
Ø  SDM (Sumber Daya Manusia)
*      Definisi

Dikutip dari laman ciputrauceo.net dijelaskan bahwa secara umum, pengertian Sumber Daya Manusia dapat dibagi menjadi dua, yakni :
- SDM makro adalah jumlah penduduk usia produktif yang ada di sebuah negara.
-          SDM mikro adalah individu yang bekerja pada sebuah institusi.
Masih pada laman tersebut dijelaskan pula beberapa definisi SDM menurut beberapa ahli yakni :
-          Menurut Malayu Hasibuan, SDM merupakan kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Kemampuan sumber daya manusia tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, namun harus mencangkup keseluruhan dari daya pikir dan juga daya fisiknya.
-          Veithzal Rivai mendefinisikan sumber daya manusia sebagai seorang yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi. Setiap organisasi atau perusahaan tentunya memiliki tujuan yang berbeda-beda, maka dari itu kemampuan sumber daya manusia yang dibutuhkan pun akan berbeda pada tiap-tiap perusahaan.
Pada laman thebalance.com dijelaskan definisi SDM (human resources) sebagai berikut : “Human resources are people who work for an organization in jobs. In the past, these people, also known as employees in organizations and workplaces, were called personnel. In some organizations, they are still called personnel, manpower, or people.”
Adapun menurut William R. Tracey dalam The Human Resources Glossary mendefinisikan SDM sebagai “The people that staff and operate an organization … as contrasted with the financial and material resources of an organization.”
*      Komponen SDM
Hasibuan (2002) membagi komponen SDM menjadi 3, yaitu :
1.      Pengusaha, adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung pada laba yang dicapai perusahaan.
2.      Karyawan, adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu (sesuai perjanjian). Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan menjadi :
a.       Karyawan Operasional : setiap orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan.
b.      Karyawan Manajerial : setiap orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah.
c.       Pemimpin : seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
*      Pengelolaan SDM
Menurut Sayuti Hasibuan (2000), pengelolaan sumber daya manusia berarti penyiapan dan pelaksanaan suatu rencana yang terkoordinasi untuk menjamin bahwa sumber daya manusia yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan organisasi.
Ø  Organisasi
*      Definisi

Menurut Tossi, Rizzo, dan Carroll (dalam Munandar : 2014), organisasi terdiri dari kelompok orang atau dapat dikatakan juga terdiri dari kelompok-kelompok tenaga kerja (dalam hal organisasi perusahaan) yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasinya.
Dikutip dari laman deanza.edu, organisasi menurut Chaster Barnard adalah :
“An organization is a system of consciously coordinated activities or efforts of two or more persons”
“Organisasi adalah sebuah sistem aktivitas atau usaha yang secara sadar terkoordinasi dari dua orang atau lebih”
*      Dimensi Organisasi
Terdapat 3 dimensi organisasi menurut Tossi, Rizzo, dan Carrol (dalam Munandar : 2014), yaitu :
1.      Kemajemukan (complexity)
Kemajemukan diartikan beragamnya kegiatan, fungsi, pekerjaan dan jumlah lapis dalam organisasi.
2.      Formalisasi (formalization)
Formalisasi megacu pada adanya kebijakan, prosedur, dan aturan yang membatasi pilihan dari para anggotanya. Para anggota diharapkan berperilaku sesuai dengan kebijakan, prosedur, dan aturan yang berlaku.
3.      Pemusatan (centralization)
Pemusatan berkaitan dengan penyebaran dari daya (power) dan wewenang (authority). Pada centralized organization, daya dan wewenang ada pada kedudukan tinggi dalam organisasi. Pada decentralized organization, hak dan tanggung jawab mengambil keputusan didelegasikan ke tingkat-tingkat lebih rendah dari organisasi.
*      Jenis-jenis Organisasi
Tosi, Rizzo, Carroll membedakan 4 jenis organisasi (Munandar : 2014), yaitu :
1.      Organisasi Mekanistik (OM), adalah organisasi yang formalisasinya tinggi.
2.      Organisasi Organik (OO), adalah organisasi yang formalisasinya rendah.
3. Organisasi Campuran Dominansi Teknologi (OCDT), adalah organisasi yang formalisasi di bidang pemasaran tinggi sementara di bidang teknologi rendah.
4.     Organisasi Campuran Dominansi Pasar (OCDP), adalah organisasi yang formalisasi di bidang teknologi tingggi sementara di bidang pemasaran rendah.
Ø  Kepemimpinan
*      Definisi
Menurut Munandar (2014), kepemimpinan merupakan tema yang populer baik di lingkungan akademis maupun masyarakat pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu teori pun yang paling sempurna.
Menurut Gary Yukl (dalam Soekarso : 2010), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Bennis dan Nanus (1985) melihat perbedaan yang mendasar antara manajemen dan kepemimpinan :

-          To manage, berarti to bring about, to accomplish, to have of or responsibility for, to conduct.
-          Leading, berarti influencing, guiding in direction, course, action, opinion.
Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sedangkan manajemen lebih berhubungan dengan efisiensi. Bennis mengatakan bahwa pemimpin do the right things, sedangkan manajer do the things right.
*      Komponen Kepemimpinan
Terdapat tiga komponen penting dalam kepemimpinan (Soekarso : 2010), yaitu :
-   Pengaruh : kepemimpinan adalah pengaruh, dimana kepemimpinan terjadi karena adanya proses pengaruh. Pemimpin harus mampu mempengaruhi bawahan untuk mengarah pada tujuan yang diinginkan.
-          Legitimasi : pengukuhan/pengesahan kedudukan pemimpin.
-    Tujuan : pemimpin harus berurusan dengan berbagai tujuan yaitu tujuan individu, tujuan kelompok, dan tujuan organisasi.
Keterkaitan SDM, Organisasi, dan Kepemimpinan
Bila dilihat dari uraian teoritis di atas, maka dapat kita lihat keterkaitan antara SDM, organisasi, dan kepemimpinan. Adapun menurut pendapat saya, keterkaitan antara ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam sebuah organisasi tentu terdapat unsur-unsur pembangun sebuah organisasi yang mana di dalamnya terdapat sekumpulan orang yang kita sebut sebagai SDM. Sebuah organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya satu unsur kepemimpinan sebagai fungsi komando serta penggerak dan anggota sebagai fungsi kepengurusan. Kepemimpinan merupakan aspek yang harus dimiliki seorang pemimpin agar ia dapat mengoptimalkan SDM yang ada dalam sebuah organisasi sehingga tercipta organisasi yang ideal yang mampu mencapai tujuan bersama.
Contoh yang Ada di Indonesia
*      CT Corp
CT Corp merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang industri di Indonesia yakni keuangan, media dan hiburan, serta gaya hidup. CT Corp merupakan merek yang merepresentasikan nama dan karakter Chairul Tanjung, direktur utama perusahan tersebut. Sejak berdiri pada tahun 1987 (saat itu masih bernama Para Group), CT Corp terus berkembang hingga akhirnya kini mempunyai beberapa anak perusahaan yakni Bank Mega, Bank Mega Syariah, Mega Life, Trans TV, Trans 7, TransVision, Carrefour.
Chairul Tanjung sebagai pemimpin dari perusahaannya, yang bisa kita sebut sebagai organisasi, mampu memperlihatkan aspek kepemimpinan dalam dirinya yang dibuktikan dengan berkembangnya CT Corp dari awal berdiri hingga menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Dalam berjalannya perusahaan tersebut tentu didukung oleh SDM di dalam CT Corp yang bergerak bersama di bawah kepemimpinan seorang Chairul Tanjung.

Sumber :
Munandar, A S. (2014). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : UI-Press.
Soekarso, A. S., Putong, I., & Hidayat, C. (2010). Teori kepemimpinan. Penerbit Mitra Wacana Media : Jakarta.

Sumber gambar :
images.google.com 

Selasa, 26 April 2016

Tugas Kelompok : DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER

1.      Definisi DID
Berikut definisi DID dari dalam Ringrose, 2012 :
Dissociative Identity Disorder (or Multiple Personality Disorder) os characterized by presence of two or more distinct identities or personality states that recurrently take control of the individual’s behaviour, accompanied by an inability to recall important pesonal information that is too extensive to be explained by ordinary forgetfulness. It is disorder charahterized by identity fragmentation rather than proliferation or separate personalities (American Psychiatric Association, 2000, p.519)
DID merupakan suatu kelainan mental dimana orang tersebut memiliki dua atau lebih kepribadian (alter) yang saling tidak mengetahui satu sama lainnya. Mereka sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, tetapi penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Kepribadian tersebut dapat muncul dari cerita, self-image, dan nama yang berbeda meskipun hanya sebagian yang berbeda dan setiap kepribadian tidak terikat satu sama lain. Alter identities terkadang memiliki perilaku yang sangat mencolok satu sama lainnya seperti jenis kelamin, usia, gaya penulisan, orientasi seksual, persepsi, berbicara serta pengetahuan umum. Misalnya, suatu alter mungkin lebih ceria, lembut, santai, serta tidak menunjukan pribadi yang serius, sedangkan alter yang lainnya merupakan pribadi yang kaku, kasar, dan sangat serius.
Meskipun penyebab dari DID ini belum jelas, namun para psikolog sependapat jika yang menyebabkan terjadinya DID secara umum adalah trauma di masa kecil. Gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. DID umumnya disertai dengan sakit kepala, penyalahgunaan zat, fobia, halusinasi, upaya bunuh diri, disfungsi seksual, perilaku melukai diri sendiri, dan juga simptom-simptom disosiatif lain seperti amnesia dan depersonalisasi (Scrappo dkk., 1998)
2.      Faktor penyebab DID
·      Trauma tragis dalam hidupnya terutama di masa kanak-kanak (umumnya di usia 4 - 6 tahun) sehingga membuat pribadi yang sangat haus akan kasih sayang dan perhatian.
·      Rasa kesepian yang sangat mendalam akan mendorong seseorang membuat pribadi yang akan menemaninya setiap saat.
·      Lingkungan tempat ia dibesarkan membingungkan dan membuatnya stress yang cukup ekstrim dan tekanan batin berkepanjangan.
·      Depresi terus menerus tanpa sebab hingga akhirnya menciptakan karakter lain untuk bisa lari dari diri sendiri menjadi 'orang lain' yang lebih kuat dan tegar atau malah mendorongnya untuk bunuh diri.
·      Keadaan keluarga . Misal , sifat ayah dan ibu yang 180 derajat bertolak belakang antara keduanya dan sifat-sifat itu menurun pada si anak.
·      Hasil imajinasi yang semakin menjadi-jadi dan akhirnya out of control dari kepribadian utamanya sendiri.
3.      Gejala-gejala DID
·      Mengalami distorsi waktu, ingatan yang hilang. Orang dengan gangguan DID bisa tiba-tiba menemukan benda-benda yang tidak diketahui dan kemudian tiba-tiba berada di suatu tempat tanpa ingat peristiwa apa pun yang membuat mereka berada di tempat tersebut.
·      Menunjukkan sejumlah masalah perilaku dan emosional yang tidak menentu, kadang sangat baik atau kadang pula tidak baik.
·      Menunjukkan gejala yang hampir sama dengan penderita PTSD yakni hypervigilance, flashbacks pada trauma yang mereka hadapi, mimpi buruk, dan respon berlebih atas keterkejutan.
·      Emosi tidak stabil.
·      Mendengar suara-suara di dalam kepala (delusi)
·      Adanya beberapa jenis kepribadian dengan kualitas yang berbeda, yakni :
o    The host : kepribadian inti yang merupakan kepribadian normal dari individu tersebut dan berlawanan dengan kepribadian alter. Terdapat 3 jenis alter yakni :
§  Child alter :  alter dengan usia dan sifat kekanak-kanakan.
§  Prescutor personality : alter yang menimbulkan rasa sakit pada kepribadian lain dengan terlibat dalam perilaku merusak seperti memotong diri, membakar, hingga bunuh diri.
§  Protector atau helper personality : alter yang berfungsi memberikan nasihat kepada kepribadian lain atau untuk melakukan fungsi kepribadian inti (the host) yang tidak dapat dilakukan, seperti terlibat dalam hubungan seksual atau bersembunyi dari orang tua yang kejam.
·      Terjadi peristiwa switching dimana terjadi pergantian kepribadian baik dari the host menjadi alter atau sebaliknya. Hal ini terjadi bila penderita mengingat kembali trauma menyakitkan yang dialaminya di masa lalu atau bisa juga terjadi bila alter ingin berkomunikasi dengan terapis (Ringrose, 2012).
4.      Pengobatan DID
Penderita DID sangat mudah dihipnotis, dan diyakini bahwa mudahnya mereka dihipnotis dimanfaatkan oleh mereka (tanpa disadari) untuk mengatasi stres dengan menciptakan kondisi dissosiatif yang mirip dengan trance untuk mencegah munculnya ingatan yang menakutkan tentang berbagai kejadian traumatis (Butler dkk., 1996). Karena alasan ini, hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID, (Putnam, 1993).
Hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID (Putnam, 1993). Pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan dialami penderita. Terapi juga membantu dengan aman menghilangkan proses kenangan yang menyakitkan, mengembangkan coping, dan keterampilan baru, mengembalikan fungsi umum tubuh, dan meningkatkan hubungan sosial.
·         Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian
·         Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa dia adalah bagian diri satu orang dan kepribadian-kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri.
·         Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk kenyamanan, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom yang tidak memiliki tanggungjawab secara keseluruhan atas berbagai tindakan orang yang bersangkutan secara keseluruhan.
·         Seluruh kepribadian harus diperlakukan dengan adil dan empati
·         Terapis harus mendorong empati dan kerja sama di antara berbagai kepribadian.
·         Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.
Tujuan setiap pendekatan terhadap DID haruslah untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak diperlukan lagi untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang memicu dissosiasi awal atas trauma di masa kini atau yang akan dihadapi di masa mendatang. Selain itu, dengan asumsi bahwa DID dan gangguan dissosiatif lain dalam beberapa hal nerupakan respons pelarian dari stress yang sangat berat, penanganan dapat ditingkatkan dengan mengajarkan pada penderita untuk menghadapi berbagai tantangan masa kini dengan lebih baik.
Berbagai bentuk terapi yang dikemukakan oleh para psikiater di antaranya adalah :
·         Terapi obat bisa meringankan beberapa gejala-gejala co-existing khusus, seperti gelisah atau depresi, tetapi tidak mempengaruhi gangguan itu sendiri.
·         Psikoterapi. Terapi ini memang agak sulit dan sangat menyakitkan secara emosional. Karena orang tersebut mengalami emosional yang tinggi saat ingatan traumanya teringat kembali selama terapi. Biasanya diperlukan dua sampai satu minggu sesi psikoterapi yang dilakukan dan ini butuh waktu tiga sampai enam tahun.
·         Terapi psikoanalisis. Terapi ini lebih banyak dipilih. Karena tujuannya untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari dan dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar. Terapi ini menggunakan cara hipnotis.
·         Terapi restrukturisasi kognitif. Menurut Nijenhuis bahwa prosedur ini bertujuan untuk membalikkan keadaan dan terapi ini efektif untuk mengubah perpindahan identitas penderita secara bertahap. Namun terapi ini hanya dapat dilakukan setelah menemukan kepribadian yang dimilki si penderita. Sebab, penderitanya tidak pernah menyadari kalau ia memiliki banyak kepribadian yang mungkin muncul. Kelima DID terintegrasi. Terapi ini menggunakan pendekatan kompreherensif dengan 9 tahapan, yaitu:
o   Tahap Psikoterapi
o   Intervensi Preliminary (mendiagnosis kepribadian)
o   Pengumpulan informasi detail mengenai latar belakang masalah penderita
o   Menganalis trauma yang dialami klien
o   Analisis resolusi
o   Integrasi resolusi
o   Mempelajari alternatif kemampuan menghadapi masalah
o   Tindak lanjut terapi
o   Follow-up
DAFTAR PUSTAKA
Ringrose, Jo. L. (2012). Understanding and treating dissociative identity disorder (or multiple personality disorder). London : Karnac Books.


LINK VIDEO
Meet the Mother with 20 Personalities - The Oprah Winfrey Show : https://www.youtube.com/watch?v=n2atzoaA2NI
“Inside” Dissociative Identity Disorder : https://www.youtube.com/watch?v=0tITzDjPf4g