Minggu, 09 April 2017

JENIS-JENIS TERAPI DALAM 3 MAZHAB PSIKOLOGI

1.        Terapi Psikoanalitik
Dalam aliran Psikoanalisa, ada satu tokoh utama yang menjadi pelopor aliran ini yaitu Sigmund Freud. Menurut Freud, perilaku manusia didasari oleh irrational force dan motivasi yang berasal dari unconsciousness. Kepribadian manusia dalam aliran ini terdiri dari id, ego, dan superego, yang mana ketiga hal tersebut berkaitan satu sama lain dalam memengaruhi perilaku manusia.
Tujuan Terapi
Tujuan dalam terapi psikoanalisa Freudian adalah untuk membuat unconscious menjadi conscious dan menguatkan ego sehingga perilaku manusia akan lebih berdasarkan realita bukan berdasarkan insting maupun rasa bersalah yang irasional.
Jenis-jenis Terapi
a.      Asosiasi Bebas
Teknik ini merupakan jenis terapi utama yang ada dalam aliran psikoanalisa, dimana klien akan diminta mengatakan apa pun yang ada dalam pikirannya. Tujuannya adalah agar terapis dapat memahami apa makna yang tersembunyi dari kata-kata yang keluar dari klien dan dapat memahami keinginan, fantasi, ataupun cita-cita yang tersembunyi. Klien tetap diminta bercerita apa pun, terlepas dari seberapa menyakitkan, memalukan, maupun traumatisnya hal tersebut. Dalam praktiknya, klien biasanya diminta berbaring dan terapis akan duduk di belakangnya sehingga klien akan merasa bebas untuk bercerita apa pun.
b.      Analisis Mimpi
Dalam terapi psikoanalisa, mimpi mempunyai arti penting yakni untuk mengungkap apa saja yang ada dalam ketidaksadaran (unconsciousness) dan menampilkan pemahaman klien terhadap permasalahan yang tidak terselesaikan. Mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran (unconsciousness)”. Melalui analisis mimpi, terapis dapat mengetahui berbagai harapan, kebutuhan, dan ketakutan yang selama ini tersembunyi atau tersimpan dalam ketidaksadaran. Freud meyakini bahwa berbagai motivasi dan ingatan yang tidak dapat diterima oleh ego akan diekspresikan dengan bentuk simbol, yang sering muncul dalam mimpi.
c.       Analisis Resistensi
Resistensi adalah ketika klien tidak bersedia mengemukakan apa yang ia rasakan, tidak bersedia untuk menghubungkan berbagai perasaan, pikiran, dan pengalaman tertentu, sehingga hal tersebut menghambat proses terapi. Ketika klien menunjukkan resistensi, hal ini diyakini Freud sebagai bentuk pertahanan klien untuk mencegah kecemasan yang tidak dapat diterima.
d.      Analisis Transferensi
    Transferensi adalah pemindahan emosi dari klien kepada terapis. Jadi, klien mentransfer emosi-emosi yang ia rasakan untuk orang lain kepada terapisnya, terutama emosi-emosi yang dirasakan dalam hubungan awal pada kehidupannya, yakni emosi terhadap orangtuanya. Dari situlah terapis dapat menganalisa emosi apa saja yang telah ditransfer klien terhadap terapis sehingga dapat memahami apa yang klien rasakan terhadap orang yang dimaksud. Melalui hubungan klien dengan terapis, klien mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan hasrat yang selama ini terpendam dalam ketidaksadaran.

2.        Terapi Behavioristik
Prinsip utama aliran behaviorisme adalah bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar dan respon dari sebuah stimulus.
Tujuan Terapi
Tujuan dari terapi behavioristik adalah untuk mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku yang lebih tepat melalui proses belajar.
Jenis-jenis Terapi
a.      Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis ditujukan untuk klien yang mengalami kecemasan atau ketakutan yang ekstrim terhadap persitiwa, orang, objek, atau memiliki ketakutan yang digeneralisasi.m
Desensitisasi sistematis dilakukan dengan 3 tahap, yaitu :
-          Relaksasi : klien diajari respon relaksasi yang nantinya akan menggantikan respon kecemasan.
-          Hierarki kecemasan : peristiwa-peristiwa yang membuat klien cemas akan ditelaah dan disusun berdasarkan tingkat kecemasan yang muncul ketika peristiwa tersebut terjadi.
-          Desensitisasi : proses desensitisasi dimulai ketika klien mencapai relaksasi penuh dengan mata tertutup lalu diminta membayangkan hal yang membuatnya cemas namun dengan tingkatan yang paling rendah, bila klien masih bisa relaks, klien diminta kembali membayangkan hal yang memunculkan tingkat kecemasan lebih tinggi dari sebelumnya. Begitu seterusnya dilakukan secara bertahap, hingga klien dapat mengatasi kecemasan tersebut.
b.      In Vivo Exposure
Terapi ini dilakukan dengan cara menempatkan klien pada kondisi nyata, atau menunjukkan objek yang memunculkan kecemasan secara langsung di hadapan klien. Prosedurnya hampir sama dengan desensitisasi sistematis, hanya berbeda dalam teknik pengkondisiannya. Pada desensitisasi sistematis klien hanya diminta membayangkan, sementara pada in-vivo exposure, klien ditempatkan pada kondisi nyata.
c.       Terapi Asertif
Terapi ini bertujuan untuk membuat seseorang menjadi lebih asertif dalam berbagai situasi sosial. Terapi ini sesua untuk individu yang kesulitan dalam mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan pendapat, kesulitan untuk berkata “tidak”, terlalu baik kepada semua orang sehingga ia sering dimanfaatkan, dsb.
3.        Terapi Humanistik
Aliran humanistik memandang manusia sebagai makhluk rasional, bertujuan, otonom, kreatif, dan mampu mencapai insight terhadap realita. Manusia pada dasarnya adalah baik, serta memiliki free will. Setiap manusia itu memiliki keunikan masing-masing dan memiliki dorongan dasar untuk mencapai aktualisasi diri.
a.      Person-centered Therapy
Prinsip utama dari person-centered therapy adalah membuat klien mencapai tingkat independensi dan intregasi yang lebih tinggi. Terapi ini fokus kepada klien, bukan kepada masalah yang dimiliki klien. Artinya, terapi ini akan membuat klien bisa mengatasi masalahnya sendiri, baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Jadi terapis hanya sebagai fasilitator yang membantu klien memecahkan masalah.


SUMBER REFERENSI
Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th ed. Belmont, USA : Thomson Brooks/Cole.
Riyanti, B.P. D., Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Sharf, R. S. (2012). Theories of psychotherapy and counseling : concepts and cases. 5th ed. Belmont, USA : Brooks/Cole Cengange Learning.